Bahkan Malam Turut Berduka
Aku bilang juga apa. Kamu dan dia itu satu jiwa.
Pernyataan ditolak. Kebetulan memang sering terjadi bukan? Malam ini kuakui diriku emosional. Seperempat rindu seperempat sayang sisanya sadar bahwa ia bukan siapa siapa. Kerusuhan 22 Mei 2019 pasca pengumuman hasil pemilu memang meresahkan masyarakat Indonesia. Tapi maaf, aku memang warga egois yang keresahannya didominasi oleh masalah pribadi.
Malam ini hatiku lagi lagi bergejolak, marah sekaligus kecewa. Dua lagu melow terulang ulang beribu ribu kali menemani pikiran yang menjelma menjadi puisi puisi duka. Hingga akhirnya tangan ini hinggap pada unggahan miliknya.
23.46 Kenapa harus ada rasa di semesta ini?
Terlalu pengecut untuk menanggapi, aku menjawab dalam hati. Tentu saya sayang, karena apabila tiada rasa di semesta ini maka hidupmu tak ada artinya. Karena apabila tiada rasa di semesta ini maka kamu mati.
Lucunya, kau hidup lebih lama dariku namun baru sekarang kau tanyakan perihal rasa dan perasaan. Hi, apakabar aku?
Aku sungguh bertanya tanya, mungkin memang malam ini begitu banyak manusia manusia yang berduka. Meratapi kehidupannya yang begitu nestapa, menangisi kepergian kekasih hatinya, menyesali perbuatannya, hingga menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi.
Bukan, aku dan dia tidak satu jiwa. Aku dan dia hanya sama sama muram malam ini. Sama seperti berjuta juta makhluk di dunia, sama seperti beribu ribu bintang di langit, sama seperti massa aksi 22 mei 2019 di luar sana. Kita hanya muram. Aku dan dia tidak satu jiwa, tidak, tidak lagi.
Ku harap kau segera lepas dari dukamu, sayang. Sedangkan aku, ini aku..
Saturday, 25 May. 2019
💜Zendena
Mangatsss ya nulisnya 😊
ReplyDelete