Siapa Dalangnya?
Sentuhan, kecupan, pelukan.
Kenapa otakku sangat needy?
Selalu merindu belaian tangan yang tak bisa lepas dari tubuhku. Seperti apel yang jatuh ke tanah, memang dengan intensi kamu meletakkannya disitu, menandakan teritori bahwa itu memang milik kamu. Kamu greedy, mau hati tanpa berhati hati. Entah kamu yakin tidak atau sepenuhnya yakin iya, tapi si kecil yang satu itu tak pernah salah ya?
Aku yang salah, percaya Tuhan selalu memberiku yang terbaik. Bukan salah siapa siapa, aku yakin ini salahku. Bukan kamu, tapi aku yang sudah dikuasai oleh nafsu. Bahkan dengan peluk mesra, uang dan usaha manusia lain, aku masih mau kamu. Macam kucing birahi dan bagusnya cuma kamu tujuanku. Orang lain ada masanya, mungkin nanti setelah kamu tapi sepanjang aku belum menjajalmu sampai tuntas, belum. Mau dibuang kemana fantasi fantasi yang sudah berlalu lalang tahun kebekelakang? Aku muak membayangkan yang tidak tidak, sudah 2024, sudah saatnya maju. Saatnya untuk bergerak, merealisasikan visi dimana tangan kamu menjambak rambut dan merengkuhku erat seakan kamu murka tak ingin aku pergi. Saatnya membuatku menangis dan tertawa dalam gairah cinta kita berdua di malam yang panas. Sayang, aku mau melihat senyum puas yang dulu aku lihat dari tidurku. Aku mau melihat keringat yang dulu membasahi kulitku. Ingat semangat membara saat kita masih remaja?
Aku tau, saat itu semua belum semerumitkan ini. Dengan jarak, uang dan waktu yang terus membingungkan. Belum lagi bisikan bisikan malaikat baik yang terus menyadarkanku untuk kembali ke jalan yang lama. Aku sudah tua sayang, linglung dan kebingungan. Terlalu banyak teriakan yang kurang bisa aku pahami. Boleh aku minta tolong tuntun aku lagi? Seperti malam itu kamu tuntun aku dalam kegelapan menuju kamar belakang yang nyaman dan penuh sayang. Aku ingat rasanya, menyenangkan. Bising kampung yang asing tak membuatku gentar. Suara bisikan lembut kamu membujukku tuk sembunyi dibalik bayangan dedaunan yang kemudian kamu buka pintu belakang dan menarikku ke dalam. Kamu jahat, aku suka.
Andai aku terlalu pintar dan menolakmu waktu itu, hidupku hanya dipenuhi teriakan dan makian. Aku tidak bodoh, anggap saja aku polos. Dan yang kamu tawarkan adalah senyum dan kasih sayang. Aku terima. Malang memang, itu kenapa tak seharusnya manusia diciptakan kesepian. Dia akan gila mencari kebutuhan itu sepanjang hidupnya.
Sayang, terimakasih sudah memenuhi kebutuhan aku. Aku sayang kamu♡
♡Zendena
Tue, 21 nov. 23
Comments
Post a Comment