Aku Pulang
The picture of you smiling when you see me arrive, walking to you in my (anggun) sexy long dress.
"Aku, beda ya?" ucapku sambil tertawa kecil sesampainya tepat di depan dia. He hug me right away. A long and tight hug. I miss this hug. Even the hug tell the world that he miss me a lot. Dilepasnya pelukan itu lalu memegang kedua lenganku. "Makasih ya, udah pulang. Yuk, kamu capek kan"
Dia mendorong troli isi koper milikku lagi tangan satunya menarik tanganku erat. Beginikah rasanya kembali ke rumah? Melihat sosoknya dari belakang saja membuat air mataku ingin tumpah. Membuncah buncah, senangnya tak karuan. Sepertinya malam ini aku akan mual.
Sepanjang jalan kami hanya diam, merasakan kedamaian hanya melalui tangan yang tak lepas menggenggam. Kami sampai di parkiran mobil bandara yang kemudian aku baru tersadar.
"Kamu, bawa mobil?" ia menjawabku hanya dengan senyuman. Sampai akhirnya kita berdiri di depan mobil hitam mungil, sebuah city car, mobil impian dia. Aku bertanya tanya apa yang kali ini dia lakukan.
"Kamu sewa mobil?" dia tertawa singkat sambil mengacak acak rambutku.
"Kenalin, ini mobil aku. Beli bulan lalu. Nggak mau ngasih selamat?" alisnya yang terangkat satu membuatku gemas. Dasar tukang pamer.
Aku ingat pertama kali berbicara dengannya tentang mobil. Waktu itu aku pertama kali melihat desain lampu belakang mobil pajero versi terbaru. 'kayak nangis' penampakannya. Lalu merambah ke mobil kesukaan masing masing. Aku suka mobil yang tampilannya sexy, hitam, mengkilap seperti honda civic, mercy slk 250, atau kalau diijinkan aku mau mobil sport yang kapasitas hanya untuk 2 orang. Aku juga suka mobil penculik alias hardtop. Saat dia mengucapkan mobil kesukaannya, aku cukup kaget. 'aku suka city car, compact'. Begitu simpel dan sederhana. Dan yang dulu hanya angan sekarang sudah jadi kenyataan. Aku turut bahagia atas achievement dia.
"Seriusss? Ha, kamu kok nggak bilang aku? Selamat mas! Sesuai keinginan ya?" ia hanya mengendikan bahu, tersenyum. Kami memasukan barang bawaanku kedalam bagasi mobil, lalu ia membukakan pintu mobilnya untukku. Masih manis, masih penuh kejutan, masihkah dengan rasa yang sama?
Aku duduk manis menunggunya siap, sembari menginspeksi mobil barunya yang bersih.
"Kamu laper kan? Mau makan apa?" tanyanya. Pertanyaan yang membuatku berpikir. Perjalanan sebelumnya cukup jauh, membuatku sedikit tidak nafsu.
"Belum terlalu sih. apa aja deh, yang kuah kuah ya tapi, biar seger." Jawabku kemudian.
"sate, mau?" aku tertawa keras kali ini.
"sate kan nggak ada kuahnya mas, kamu mabuk?" dia ikut terawa. Masih dengan selera humor yang sama.
"tapi mau," lanjutku setengah serius. Eskpresi wajahnya ikut berubah serius. Ia menatapku dalam dalam, perlahan mendekat. Oh Tuhan, sepertinya jantungku berdegup terlalu kencang. Aku tak lagi melihat apapun, mataku tertutup namun aku bisa merasakan bibirnya bertemu dengan bibirku. Begitu halus begitu kenyal caranya menciumku begitu lembut dan penuh kasih sayang. Pipiku basah, aku menangis, tapi kami masih berciuman hingga beberapa saat. Kemudian ia seka air mata itu dengan jarinya yang sedari tadi di wajahku. Aku tak bisa melihatnya jelas lantaran mataku berdera air mata, tapi aku tau dia tersenyum penuh haru. Akhirnya penantian kami berujung, akhirnya penderitaan kami berakhir, akhirnya, aku pulang.
Aamiin..
♡Zendena
Comments
Post a Comment